Kisruh sepak bola Indonesia dan carut marutnya kepengurusan PSSI mungkin salah satu bumbu deadline koran kemarin, ditambah lagi munculnya praktek korupsi gayus jilid dua yang melibatkan pegawai dirjen pajak sebagai pelengkap informasi, berlanjut kepada ancaman kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). yang terakhir mungkin lebih heboh pemberitaannya melihat korban dari kebijakan ini sangat nyata dan tinggal menunggu waktu, ratusan juta penduduk Indonesia bersiap dengan awal yang baru, yaitu membengkaknya belanja rupiah sebagai ongkos hidup sehari-hari.
Bisa kita cermati dampak dari kenaikan BBM yang akan terasa oleh masyarakat, terutama naiknya bahan kebutuhan pokok yang notabene adalah pengaruh kenaikan BBM, sebagai salah satu unsur keberlangsungan transportasi, BBM mungkin adalah kebutuhan wajib dan harus terpenuhi mengingat sumber tenaga alat transportasi masa kini mayoritas menggunakan BBM, baik yang bermesin Diesel maupun premium, bila itu dilihat dari kacamata sosial menengah kebawah menjadi pembahasan yang penting dalam menghadapi dampak kenaikan BBM sebentar lagi, tentu banyak kalangan masyarakat yang mengeluhkan dan menyayangkan sikap pemerintah yang dinilai tidak memihak rakyat kecil.
Akhir-akhir ini bisa kita ketahui informasi terkait kenaikan BBM, baik melalui media televisi, radio, koran dan media informasi lainnya, banyak kalangan masyarakat yang tidak setuju dengan kenaikan BBM melakukan aksi menolak rencana ini, mulai dari mahasiswa hingga masyarakat umum di sebagian pelosok negeri ini mengecam kebijakan pemerintah, mengaca pada tahun sebelumnya dimana BBM sudah dinaikkan dan masyarakat tidak mampu memperoleh bantuan langsung tunai atau lebih dikenal dengan BLT, masyarakat menilai hal itu tidak sepadan dengan ongkos belanja sehari-hari, sehingga apabila BBM akan dinaikkan lagi merupakan suatu hal yang sangat memberatkan.
Mayoritas saat ini stasiun penyalur BBM langsung ke masyarakat (SPBU) sifatnya umum, tidak dipungkiri banyak dari kalangan menengah ke atas yang mampu membelikan kendaraannya BBM non Subsidi menikmatinya, BBM bersubsidi patutnya bagi kalangan tidak mampu menjadi konsumsi semua kalangan, tentu perlu sebuah filterisasi atau penyaringan kendaraan-kendaraan yang layaknya menggunakan BBM non subsidi, sehingga penggunaan BBM bersubsidi sesuai targetnya, mungkin dengan mendirikan SPBU khusus bagi kalangan tidak mampu, sehingga dengan begitu pemerintah bisa mengatur konsumsi BBM selayaknya kedepan.
Keluh kesah, atupun rasa berat yang dipikul masyarakat menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi pemerintah, sebaik-baiknya program yang dicanangkan apabila dalam pengerjaannya kurang maksimal tentu hasilnya semakin amburadul, butuh kesadaran semua kalangan dalam menyikapi kebijakan ini, sepantasnya memposisikan diri, baik bagi kalangan berduit dan tentunya masyarakat dengan ekonomi tidak mampu tentu berharap hal ini bukan mimpi buruk dalam hidup, jika memang rencana menaikkan hargaa BBM direaliasasikan, harapan tentunya dipundak masyarakat bagaimana melihat kedepan akan sikap pemerintah, sebagai masyarakat pastinya berhak untuk ikut mengawasi kedepan mengingat dampak dari kenaikan BBM ini akan dirasakan oleh semua kalangan, dan akhirnya masyarakat akan menilai bagaimana kebijakan ini dikawal oleh pemerintah selanjutnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment