Pada Tahun 70-an-80-an gerakan-gerakan Islam di Indonesia mulai mengalami perubahan yang tidak hanya didominasi oleh gerakan-getakan pada tahun 20an-30an yang sebelum mengalami kemerdekaan. Gerakan pada tahun yang dimulai dari tahun 70-an sering disebut dengan gerakan kontemporer, yaitu gerakan yang muncul dalam suatu setting kehidupan masyarakat Indonesia yang sedang mengalami proses intensifikasi modernisasi. Dalam konsep teoritis menurut Shiddiqi konsep barat dan Islam mengalami perbedaan yaitu dimana Islam tidak semata-mata mengandung rumusan hubungan probadi antara manusia dengan tuhannya, melainkna juga rumusan tentang tatanan social kemasyarakatan, politik dan masih banyak hal lainnya.
Menurut Deliar Noer, terdapat 2 paradigma yaitu Islam tradisional dan Islam modern yang dilihat dari 3 aspek, diantaranya:
- Semangat pemurnian ajaran
- Sikap terhadap trdisi berrmazhab
- Sikap terhadap perubahan dan rasionalitas
Masyarakat Islam Indonesia mulai menyadari perlunya perubahan dalam kemajuan Islam. Kemunculan beberapa gerakan-gerakan di Indonesia untuk merubah konsep gerakan Islam masa lalau dengan gerakan yang memiliki kompetisi lebih baik untuk dapat bersaing, Beberapa gerakan yang lahiir di Indonrsia yaitu : Serikat Islam, Muhammadaiyah, Nahdatul Ulama dan gerakan lainnya yang dapat memajukan Islam. Dalam setiap gerakan memiliki perbedaan cirri-ciri dan konsep sendiri.
- Gerakan Serikat Islam ( SI)
Sebelum menggunakan nama Sarekat Islam, organisasi ini bernama Saarekat Dagang Islam (SDI), yang didirikan oleh Wirjodikoro yang setelah menunaikan ibadah haji bernama Haji Samanhudi di Solo pada akhir 1911. Sebenarnya ada pula sebagian pendapat yang mengatkan bahwa SDI telah berdiri pada tahun 1905. Tujuan SDI adalah memajukan perdagangan, melawan monopoli Toinghoa dan memanjukan Agama Islam. Karena itulah, SDI disebut gerakan nasionalistis-religius-ekonomis.
- Perkembangan sarikat Islam dibagi menjadi 4 periode, yaitu :
- Periode 1911-1916
Serikat Islam yang didirikan di Solo pada tanggal 11 November 1911 ini tumbuh dari organisasi yang dahulunya bernama Serikat Daganag Islam( SDI).. Terdapat 2 sebab didirikan organisasi ini, pertama , terjadinya kompetisi yang meningkat dakam bidang perdagangan batikt erutama dengan golongan Cina dan sikap superioritas orang-orang Cina terhadap orang Indonesia dengan sehubungnya keberhasilan revolusi Cina(1911).
SI di Solo dengan tujuan menjadikan benteng bagi orang-orang Indonesia yang umumnya pedangang batik.Periode pertama ini ditandai permasalahan-permasalahan organisasi termasuk mencari pemimpin, penyusun anggaran dasar dan hubungan antar organisasi pusat dengan organisasi daerah. Hal itu berhasil dilakukan sehingga jalan itu berhasil samapi mencapai tahun 1916-1921., Si banyak didirikan disetiap daerah-daerah yang ada di Indonesia.
- Periode 1916-1921
Organisasi periode ini mengalami sedikit kestabilan sebab Si banyak memperhatikan masalah-masalah yang terjadi, pertemuan-pertemuan yang dilakukan saat itu disebut kongres saja dan kongres nasional .
Menjelaskan pemakaian kata “nasional”, Tjokroaminoto berkata bahwa ia merupakan suatu usaha untuk “meningkatkan” seseorang pada tingkat natie (bangsa) usaha pertama untuk berjuamg menunt pemerintah sendiri atau sekurang-kurangnya agar orang-orang Indonesia diberikan hak untuk mengemukakan suaranya dalam masalah-masalah politiknya.
Sifat pollitik dari Si ini dirumuskan dalam” Keterangan Pokok”(Asas) dan Program kerja. Pokok ini mengemukakan kepercayaan Central SI bahwa “agama Islam itu membuka rasa pikiran prihal persamaan derajat manusia sambil menjunjung tinggi kepada kuasa negri” dan bahwasanya Islam sebaik-baiknya agama buat mendidik budi pekertinya rakyat. Dalam mencapai maksud dan tujuan ini Central SI mencari kerjasama dan saling membantu dengan pihak-pihak yang menyetujuinya
- Periode 1921-1927
Merupakan suatu perubahan SI didalam perkembangannya: pertama, dijumpai perubahan pada Keterangan Asas dari partai. Kedua dicatat suatu perpecahan dengan kalangan PKI.
Ketiga ialah penahanan terhadap Tjokroaminoto oleh pemerintah yang menyebabkan alas an utama untuk mengambil ”polotik hijrah” pada tahun berikutnya. Penahanan ini merupakn kejadian yang sangat berpengaruh bagi perkembanganya partai
- Periode 1027- 1942.
Dalam tahun 1927 periode transisi untuk mendirikan Partai Sarekat Islam dan menghapuskan striktur lama selesai. Ini tidak berarti bahwa dalam periode trakir ini masalah-masalah stuktur tidak lagi dipersoalkan. Tetapi perhatian lebih banyak ditujukan kapada persoalan –persoalan teori dan falsafah seperyi yang tercermin oleh Tafsir Asas dan Politik Hijrah, dibandingkan dengan periode sebelumnya. Suatu penyebab lain yang menyebabkan pecahnya SI adalah keputusannya pada tahun 1927 untuk mengeluarkan semua anggota-anggota Muhammadiyah dari lingkungannya.
Pembentukan PNI oleh Sukarno menantang kedudukan SI ataupun kepemimpinan Islam umumnya dalam rangka pergerakan perjuangan kemerdekaan. Posisi yang penting sari pemimpin-pemimpin PNI di dalam pergerakan kemerdekaan menyebabkan terjadinya dua sayap di dalm lingkungan gerakan itu, yaitu nasionalis Islam disatu pihak, dan nasionalis yang netral agama dipihak lain.
- Dasar Sarekat Islam
Berpangkal pada keyakinan bahwa agama Islam adalah agama Allah, perumusan asas mengingatkan pada ketuhanan dan kesucian Quran, dan bahwa dengan ini, bila umat berpegangan kepadanya, persatuan akan dapat terwujud.
Pemerintah yang dicita-citakn oleh partai ini ialah pemerintah “yang kekuasaannya bersandar pada kemauan rakyat, yang menyatakan sepenuhnya suaranya dalam suatu Majelis Syura, berupa Majelis Permusyawaratn Rakyat, majelis Parlemen atau lain-lainnya serupa itu, yang susunannya harus bersandar atas dasar asas-asas demokrasi yang seluas-luasnya. Dalam Islam Negara berada “ didalam genggaman sekalian orang rakyat (umat) yang semuanya bertakluk dan menurut Satu Hukum yaitu Qur’an dan Hadist.
Pada umumnya PSI memikirkan pemecahan persoalan ekonomi dan social dengan menghubungkannya dengan pedoman-pedoman yang bersifat etis dan juga menolak perbedaan deraj manusia dalam pergaulan hidup bersama dan dalm hokum, mengakui persamaan harga antara laki-laki dan perempuan, dan antara suami-istri. Pendidikan hendaklah bersandarkan asas kebangsaan berdasrkan islam.
Dalam bidang agama, pertai berusaha untuk tidak membesar-besarkanperselesihan khilafahnya serta perkat furu , karena perselisihan ini menyebabkan tumbuhnya perpecahan serta lemahnya umat. Ia menolak campur tangannya pihak bukan Islam dalam soal ibadat, dan menuntut hapusnya semua peraturan yang menghambat perkembangan Islam.
- Gerakan Muhammadiyah
Gerakan Muhammadiyah merupakan sebuah organisasi social Islam di Indonesia sebelum PD II . Muhammadiyah merupakan lembaga pendidikan bersifat permanan yang didirikan 18 November 1912 oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan di Yogyakarta yang merupakan saran dari murit-muritnya dan anggaota Budi Utomo .Organisasi ini dari tahun-tahun pertama tidak mengadakan pembagaian uelas antar anggota dalam kegiatannya, hal ini disebabkan oleh ruang gerak yang masih sangat terbatas( sekurang-kurangnya 1917) di daerah Kauman, Yogyakarta saja. Ahmad Dahlan aktif dalam bertabliq, mengajar di sekolah Muhammadiyah, memberikan bimbingan pada masyarakat agar melakukan kegiatan seperti shalat dan memberikan bantuan pada fakir miskin dengan mengumpulkan dana dan pakaian untuk mereka. Sifat social pendidikan dari Muhammadiyah memang sudah diletakkan saat ini.
Daerah operasi organisasi Muhammadiyah mulai diluaskan setelah tahun 1917, saat itu Budi Utomo melakukan kongres di Yogyakarta dan Ahmad Dahlan member keindahan kogres itu dengan melalui tabliq yang dilakukannya sehingga pengurus Muhammadiyah menerima permintaan dari berbagai tempat di Jawa untuk mendirikan cabang-cabang. Anggaran dasar organisasi ini yang membatasi diri dari pada kegiatan-kegiatan di Yogyakarta saja haruslah diubah. Hal itu dilakukan tahun 1920 saat bidang kegiatan Muhammadiyah diluaskan ke seluruh pulau Jawa dan tahun berikutnya (1921) ke seluruh Indonesia.
Perluasannya dipermudah dengan adanya beberapa factor. Ahmad Dahlan melakukan dengan cara mberpropoganda dengan mmperlihatkan toleransi dan pengertian kepada pendengarnya yang memberikan sambutan yang memuaskan. Masyarakat yang mengenal pembaharuan I Mesir melihat juga pada Muhammadiyah sebagai jalan untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran pembaharuan di Indonesia. Pembaharuan yang mulanya dilakukan oleh Ahmad Dahlan yaitu : tentang praktek-pratek lahiriyah seperti kib;lat dan kebersihan, kebudian dirangsang oleh oemikiran dari pembaharu Mesir dan diperluaskan secara lambat laun pada masalah-masalh fundamental dari masyarakat dan umat Islam, selanjutnya tentang persoalan apakah ijthad telah tertutup atau masih terbuka.
Adapun langkah pembaruan yang bersifat ”reformasi” ialah dalam merintis pendidikan ”modern” yang memadukan pelajaran agama dan umum. Menurut Kuntowijoyo, gagasan pendidikan yang dipelopori Kyai Dahlan, merupakan pembaruan karena mampu mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok generasi muslim terpelajar yang mampu hidup di zaman modern tanpa terpecah kepribadiannya (Kuntowijoyo, 1985: 36). Lembaga pendidikan Islam ”modern” bahkan menjadi ciri utama kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah, yang membedakannya dari lembaga pondok pesantren kala itu. Pendidikan Islam “modern” itulah yang di belakang hari diadopsi dan menjadi lembaga pendidikan umat Islam secara umum.
Kepeloporan pembaruan Ahmad Dahlan yang menjadi tonggak berdirinya Muhammadiyah juga ditunjukkan dengan merintis gerakan perempuan ‘Aisyiyah’ tahun 1917, yang ide dasarnya dari pandangannya agar perempuan muslim tidak hanya berada di dalam rumah, tetapi harus giat di masyarakat dan secara khusus menanamkan ajaran Islam serta memajukan kehidupan kaum perempuan. Langkah pembaruan ini yang membedakan Ahmad Dahlan dari pembaru Islam lain, yang tidak dilakukan oleh Afghani, Abduh, Ahmad Khan, dan lain-lain (mukti Ali, 2000: 349-353). Perintisan ini menunjukkan sikap dan visi Islam yang luas dari Ahmad Dahlan mengenai posisi dan peran perempuan, yang lahir dari pemahamannya yang cerdas dan bersemangat tajdid, padahal dari Kauman ini tidak bersentuhan dengan ide atau gerakan ”feminisme” seperti berkembang sekarang ini. Artinya, betapa majunya pemikiran Kyai Dahlan yang kemudian melahirkan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam murni yang berkemajuan.
Kelahiran Muhammadiyah dengan gagasan-gagasan cerdas dan pembaruan dari pendirinya, Ahmad Dahlan, didorong oleh dan atas pergumulannya dalam menghadapi kenyataan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia kala itu, yang juga menjadi tantangan untuk dihadapi dan dipecahkan. Adapun faktor-faktor yang menjadi pendorong lahirnya Muhammadiyah ialah antara lain:
- Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, dan khurafat, yang mengakibatkan umat Islam tidak merupakan golongan yang terhormat dalam masyarakat, demikian pula agama Islam tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi
- Ketiadaan persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, akibat dari tidak tegaknya ukhuwah Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat;
- Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman;
- Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme;
- keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh agama Islam, serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia yang semakin menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat
- Gerakan Nahdatul Ulama
Protes luar biasa pun muncul di Indonesia, ketika bulan Januari 1926 ulama-ulama Ahlussunnah wal Jammah di Indonesia berkumpul di Surabaya untuk membahas perubahan ajaran di dua kota suci itu. Dari pertemuan tersebut lahirlah panita Komite Hijaz yang diberi mandat untuk mengahadap raja Ibnu Sa’ud guna menyampaikan masukan dari ulama-ulama Ahlussunah wal Jamaah di Indonesia. Akan tetapi karena belum ada organisasi induk yang menaungi delegasi Komite Hijaz, maka pada tanggal 31 Januari 1926, ulama-ulama Ahlussunnah wal Jamaah Indonesia kembali berkumpul dan membentuk organisasi Induk yang diberi nama Nahdlatul Ulamadengan Rois Akbar KH. Hasyim Asy’ari. Setelah terbentuk, komite Hijaz mengirimkan delegasi sebagai utusan NU menghadap Raja Saudi. Delegasi yang dipimpin oleh KH. Wahab Hasbullah ini mengajukan protes atas langkah kerajaan Saudi yang meminggirkan madzhab empat, menggusur petilasan sejarah Islam, melarang tawassul, melarang ziarah kubur dan lain-lainnya dengan alas an anti syirik dan bid’ah.
Kelahiran NU merupakan muara perjalanan panjang sejumlah ulama’ pondok pesantren di awal abad 20 yang berusaha mengorganisir diri dan berjuang melestarikan ajaran Islam Ahlussunnah Waljamaah, sekaligus mengobarkan semangat nasionalisme melawan colonial Belanda.
Sesuai visinya, diharapkan NU menjadi wadah tatanan masyarakat yang sejahtera,berkeadilan dan demokratis bagi jutaan anggotanya. Hal ini diwujudkan dengan mengupayakan system kebijakan yang menjamin terwujudnya masyarakat sejahtera, melakukan pemberdayaan dan advokasi masyarakat serta menciptakan Ahlaqul Karimah.
Daftar Pustaka
Noer, D. (1980). Gerakan Modern Islam Di Indonesia 1900-1942. Jakarta : PT Djaya Pirusa
Dr. Kuntowijoyo. (1994). Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia.Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset
Penyunting: Abdul Aziz, Imam Thoikhah, Sutarman (2004) Gerakan Islam Kotemporer Di Indonesia. Jakarta : Diva Pustaka Jakarta
No comments:
Post a Comment